Misi HIKMAH Aceh 2017 - Kompilasi perjalanan 8 hari

Salam Jumaat 17 Rejab. Pada hari yang baik ini biarlah dikongsikan pautan untuk semua artikel tentang perjalanan saya dan keluarga ke Aceh 16-23 Mac. Ini termasuk untuk artikel-artikel sokongan di blogspot BERPETUALANG KE ACEH dan SENI LAMA MELAYU (MALAY OLDEN ART).

Sedikit latar belakang tentang perjalanan...

Perjalanan ke Aceh 16-23 Mac 2017 ini merupakan pengembaraan ketiga saya ke luar negara buat tahun 2017 tetapi yang pertama bersama isteri dan anak-anak sejak perjalanan ke Aceh Mac 2014. Pada awal 2015 saya ada ke Aceh lagi tetapi dengan kawan dan selepas itu ada ke Kalimantan Barat diikuti Jawa Timur. Tahun 2016 baru tak ke mana-mana ke luar negara sebelum ke Patani dan selatan Thailand awal 2017 diikuti ke Sumatera Barat dan Riau. Perjalanan ke Aceh 16-23 Mac dirancang sejak bulan 10 tahun 2016 kerana sudah lama tidak membawa keluarga berjalan ke luar negara sedangkan perjalanan ke Patani diikuti Sumatera Barat berlaku secara spontan kemudian. Kawan-kawan di Aceh yang mengenali sudah lama menunggu kedatangan kami lalu satu acara HIKMAH turut dirancang, Sebab itu siri tentang perjalanan dipanggil "Misi HIKMAH Aceh 2017".

1. Visiting the boat on roof at Lampulo again 

2. On to the tomb of Syiah Kuala 

3. Makam isteri Sheikh Abdul Rauf Singkel (Tomb of wife of Sheikh Abdul Rauf Singkel)

4. Looking at Pulau Weh from Syiah Kuala tomb

5. Misi HIKMAH Aceh 2017 - Mengambil berkat dayah dan Syiah Kuala

6. Aceh river from across Hotel Lading

7. Masjid Baiturrahman's new look coming

8. Walking around the back parts of Pasar Aceh

9. Going to Pulau Weh and Sabang

10. Looking at Danau Aneuk Laot and its surroundings from a vantage point

11. Views from "I love Sabang"

12. The sun set off Sabang

13. Misi HIKMAH Aceh 2017 - Jumaat di sekitar Baiturrahman sebelum masuk ke Pulau Sabang

14. View of Sabang bay from a lodging house

15. Sabang from its hillside viewing point

16. Western side of Sabang bay from a vantage point

17. Masjid (Mosque of) Baburrahman, Sabang

18. Views of the big bay around Pria Laot

19. Arriving at Aceh and Indonesia's Km 0

20. Views from the Km 0 tower

21. The beach at Teluk Iboih

22. Masjid Tuha (Old mosque of) Babul Ibad, Teluk Iboih 

23. Makam (Tomb of) Teungku Paya Dua

24. Masjid jami' (Main mosque of) Baitul Muna, Sabang

25. Close look at Danau Aneuk Laot

26. Lawatan baru ke Masjid Baiturrahim (New visit to Baiturrahim mosque)

27. Bringing the kids and friends to the tomb of Hamzah Fansuri

28. Misi HIKMAH Aceh 2017 - Kilometer Nol Indonesia, pantai Iboih dan makam Hamzah Fansuri

29. HIKMAH Aceh 2017 - Berlegar-legar di Rumah Cut Nyak Dhien

30. Rumah (House of) Cut Nyak Dhien

31. HIKMAH Aceh 2017 - Pembukaan pelbagai ragam dan perkongsian ilmu dari Malaysia.

32. HIKMAH Aceh 2017 - Perkongsian ilmu anak muda tempatan sebelum orang lama merumuskan perkara

33. HIKMAH Aceh 2017 - Kemeriahan suasana makan tengah hari di bawah Rumah Cut Nyak Dhien.

34. Masjid (Mosque of) Bustanul Jannah

35. HIKMAH Aceh 2017 - Lawatan lapangan ke tinggalan Kampung Pande

36. Misi HIKMAH Aceh 2017 - Berlangsunglah acara yang memberi nama....

37. Indrapuri old mosque and the Aceh river besides

38. Masjid (Mosque of) Teungku di Pucok Krueng

39. Bahagian batu Masjid Teungku di Pucok Kreung (Brick section of Teungku di Pucok Kreung mosque)

40. Peusangan river at a rural part close to the coast

41. Misi HIKMAH Aceh 2017 - Memulakan perjalanan jauh ke luar Banda Aceh

42, Views from a new hotel in Idi

43. The main bridge crossing Perlak river

44. Rupa baru Masjid Zadul Muad (New look of the mosque of Zadul Muad), Perlak

45. Rupa baru kompleks makam Sultan Sayyid Maulana (New look of the Sultan Sayyid Maulana tomb complex)

46. Perlak river from Sultan Sayyid Maulana complex

47. Makam panjang dekat Sayyid Maulana (The long tomb close to Sayyid Maulana)

48. Masjid raya (Main mosque of) Pase, Panton Labu

49. Makam (Tomb of) Ratu Nurul Aqla

50. 2017 visit to the tomb of Sultan Malikussaleh

51. Masjid besar (Big mosque of) Peusangan, Matang

52. Misi HIKMAH Aceh 2017 - Tafakur di Makam Sultan Sayyid Maulana, kemuncak di makam Ratu Nurul Aqla dan ketenangan di makam Sultan Malikussaleh

53. Simpang Tujuh - The seven junctions

54. Masjid baru (New mosque of) Ulee Kareng

55. Taking the motorbike trishaw across Banda Aceh

56. The market area around Baiturrahman mosque

57. 2017 visit to the tomb of Sayyid Mukammil

58. Makam (Tomb of) Teungku Lhok Leuot

59. Makam (Tomb of) Teungku Bak Lingge

60. Makam (Tomb of) Eumpe Blieng

61. HIKMAH Aceh 2017 - Membalut kain kuning pada batu nesan makam-makam lama di pendalaman

62. 2017 visit to the tomb of Sheikh Abdullah Kana'an

63. Misi HIKMAH Aceh 2017 - Menunaikan harapan orang Aceh di pendalaman

64. Misi HIKMAH Aceh 2017 - Kembali ke tanah air tapi hati masih di Aceh

Misi HIKMAH Aceh 2017 - Kembali ke tanah air tapi hati masih di Aceh

Salam 15 Rejab. Sampai masa untuk menutup siri ini. Bersambung daripada Misi HIKMAH Aceh 2017 - Menunaikan harapan orang Aceh di pendalaman.

Pagi Khamis 23 Mac 2017. Masuklah hari ke-8 merangkap hari terakhir perjalanan 16-23 Mac di Aceh.

Kami harus kembali ke Malaysia dengan penerbangan pagi.

Pesawat pagi bertolak jam 8.50 dan kami harus berada di lapangan terbang sejam sebelum itu.

Nasib baik tempat kami menginap iaitu di Ulee Kareng terletak cukup dekat, sekitar 10 km sahaja dari lapangan terbang,

Kami bertolak meninggalkan homestay pula sebelum jam 7.20.

Sambil bergegas ke lapangan terbang banyak perkara tentang perjalanan kali ini, perjalanan ke-8 buat saya ke Aceh terbit dalam fikiran.

Jam 7.32 kami sudah berada di halaman lapangan terbang atau di sini dipanggil bandara (bandar udara) Sultan Iskandar Muda.

Beratur untuk check-in barang. Termasuk dalam beg check-in adalah dua bilah rencong (senjata tradisional Aceh) buatan tradisional seorang tukang pakar, satu milik saya, satu milik isteri yang diterima sehari sebelum melaksanakan acara ke-20 HIKMAH di Rumah Cut Nyak Dien pada 19 Mac. Rujuk balik artikel Misi HIKMAH Aceh 2017 - Berlangsunglah acara yang memberi nama....

Asalnya ada banyak perkara mahu saya perkatakan dalam artikel ini yang kurang baik melibatkan perangai manusia yang tidak menyenangkan.

Tetapi apabila difikirkan balik tak jadi hendak menyebutnya. Cukuplah disebut bahawa kawan-kawan Aceh telah melayan kami dengan baik. Kawan-kawan senegara dari Malaysia pula yang ada tidak menyenangkan...

Menunggu untuk masuk pesawat.

Oh. Satu lagi perkara hendak ditambah. Saya melihat Aceh sudah banyak berubah rupa, kelihatan lebih maju dan moden berbanding kali terakhir sebelum itu saya menjejakkan kaki iaitu pada awal tahun 2015.

Lapangan terbang ini juga sudah kelihatan lebih moden dan besar.

Harapan saya semoga Aceh menjadi lebih maju tanpa perlu berharap pada orang bukan Islam seperti yang berlaku di Malaysia sejak sekian lama. Semoga bumi Serambi Mekah ini kembali menjadi wilayah yang dipandang sebagai penyuluh utama sinar Islam ke seluruh Alam Melayu...

Sampai masa untuk menaiki pesawat...

Jasad saya pun bergerak sama menuju ke Malaysia.

Tetapi hati ini tidak pernah lupa akan Aceh.

Bumi asal nenek moyang sebelah bapa saya ini sentiasa berada dalam jiwa. Semoga suatu hari nanti saya mendapat kebijaksanaan dan kekuatan yang setimpal untuk memajukan Aceh seperti mana pernah dilakukan beberapa generasi leluhur ratusan tahun yang lampau...

Misi HIKMAH Aceh 2017 - Menunaikan harapan orang Aceh di pendalaman

Salam saat-saat akhir hari Isnin 13 Rejab. Masuk kita pada hari ke-7 perjalanan di Aceh 16-23 Mac. Bersambung daripada artikel Misi HIKMAH Aceh 2017 - Tafakur di Makam Sultan Sayyid Maulana, kemuncak di makam Ratu Nurul Aqla dan ketenangan di makam Sultan Malikussaleh.

Kembali dari Perlak dan tempat-tempat jauh seterusnya kami bermalam di sebuah homestay di Ulee Kareng, pinggir timur Banda Aceh, Kami masuk menginap sudah hampir tengah malam. Keesokannya pagi Rabu 22 Mac 2017 kami bersedia untuk keluar lagi berjalan-jalan.

Kali ini kami cuma akan berlegar-legar di Banda Aceh dan sekitarnya. Dari homestay yang bangunan di sebelah timurnya sudah terkeluar dari batasan kota lalu masuk daerah yang dikenali sebagai Aceh Besar saya berjalan kaki ke pusat Ulee Kareng bersama seorang kawan.

Isteri saya dan anak-anak telah bergerak lebih awal menumpang motosikal milik penjaga homestay. Kami bertemu kembali sejurus sebelum masuk satu persimpangan yang panggil Simpang Tujuh kerana menyambungkan 7 jalan. Lihat artikel Simpang Tujuh - The seven junctions di blogspot BERPETUALANG KE ACEH.

Ulee Kareng terkenal sebagai tempat hidangan kopi paling enak di Banda Aceh.

Kami bersarapan sambil menikmati kopi di salah sebuah kedai.

Di hadapannya kelihatan masjid ini lalu saya pun singgah sebentar. Lihat artikel Masjid baru (New mosque of) Ulee Kareng di blogspot SENI LAMA MELAYU (MALAY OLDEN ART).

Selesai bersarapan kami bergerak ke bahagian barat Banda Aceh dengan menaiki beca bermotosikal.

Lihat artikel Taking the motorbike trishaw across Banda Aceh.

Singgah di hotel tempat di mana kami menginap sebelum bertolak ke Perlak pagi Isnin 20 Mac. Ada barang ditumpang tinggal di lobi hotel perlu kami ambil balik.

Naik lagi beca motosikal...

Kali ini ke Masjid Baiturrahman di pusat kota.

Kami sudah berjanji akan bertemu kawan Aceh di masjid pada waktu Zuhur. Sebelum itu kami berjalan-jalan melihat kawasan pasar dan sekitar. Lihat The market area around Baiturrahman mosque.

Dari kawasan pasar sudah dekat dengan makam seorang Sultan Aceh lalu kami pun singgah. Sempat pula makan tengah hari di bangunan rehat makam. Lihat 2017 visit to the tomb of Sayyid Mukammil.

Masuk waktu Zuhur kami pun ke masjid.

Selepas solat rehat sebentar sambil menunggu kawan.

Saya dikenalkan dengan seorang penulis buku Aceh. Selepas berkongsi berbagai hal kami mengikut kawan Aceh yang mengenalkan bersama beberapa orang kawan lain keluar dari kawasan kota dengan menaiki kereta...

Kami menuju ke kawasan pendalaman bernama Ulee Tuy. Letaknya ke selatan Banda Aceh,  dalam mukim Darul Imarah di daerah Aceh Besar.

Pemandangannya sangat cantik. Kami dibawa menziarahi dua kawasan makam. Lihat artikel Makam (Tomb of) Teungku Lhok Leuot diikuti Makam (Tomb of) Teungku Bak Lingge.

Selepas itu kami masuk lebih ke pendalaman menghampiri gunung.

Di kaki gunung ada kawasan pemakaman di mana bersemadinya makam permaisuri kepada Sultan Johan Syah, pengasas kerajaan Aceh awal 800 tahun lalu. Lihat Makam (Tomb of) Eumpe Blieng.

Ada pula kolam yang menakung aliran daripada air mata gunung. Saya dan anak-anak mengambil kesempatan mandi-manda sebentar...

Tujuan kami ke makam-makam di pendalaman adalah untuk menyambung satu sesi lawatan lapangan yang sepatutnya diadakan selepas selesai acara ke-20 HIKMAH di Rumah Cut Nyak Dien hari Ahad 19 Mac,

Kami juga mahu memenuhi permintaan kawan-kawan Aceh agar membawa sejumlah kain kuning untuk digunakan bagi membalut batu-batu nesan makam. Kami sendiri memilih untuk membawa reben-reben berwarna hitam dan putih untuk mengikat balutan menurut kebiasaan pada makam-makam diraja di Perak. Lihat artikel HIKMAH Aceh 2017 - Membalut kain kuning pada batu nesan makam-makam lama di pendalaman di blogspot Himpunan Kedaulatan Melayu Islam Akhir Zaman (HIKMAH).

Dalam perjalanan kembali ke Banda Aceh kami singgah ke makam seorang ulamak besar yang hidup 800 tahun lalu. Menurut ceritanya beliau datang ke Aceh lama dengan Johan Syah dari Perlak untuk mengIslamkan penduduk di sekitar.

Di sebelah bangunan makam ulamak tersebut ada bangunan makam lain menempatkan jasad seorang ulamak terkemudian yang dikenali sebagai Teungku Chik Kuta Karang. Kami dimaklumkan inilah penulis kitab Tajul Muluk yang terkenal ke seantero Alam Melayu itu. Lihat artikel 2017 visit to the tomb of Sheikh Abdullah Kana'an.